Kamis, 02 Juni 2016

Interaksi Edukatif Di Sekolah







INTERAKSI EDUKATIF DI SEKOLAH



Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan yang dibimbing oleh Bapak Dr. Muhtadi Irvan, M.Pd, dan
Zetty Finaly, S.Pd, M.Pd



Oleh :
Kelompok 6
1.      Dewi Afiatun Hasanah           (150210204001)
2.      Dwi Ayu Anggraini                (150210204095)
3.      Akhsanul Fikri                        (1502102041   )
4.      Minas Jehpo                            (1502102041   )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena pertolongannya penulisan makalah yang berjudul “INTERAKSI EDUKATIF DI SEKOLAH” dapat terselesaikan dengan baik.
            Makalah ini adalah hasil kerja kelompok 6 yang secara sadar membuat agar bisa berguna bagi siapapun terkusus bagi para mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dalam rangka proses mengajar belajar kedepannya.
            Makalah ini mungkin masih belum lengkap untuk itu kami mohon maaf apabila masih terdapat sejumlah hal yang belum dimasukkan sebagai bahan yang berjudul sesuai makalah ini. Jadi usul dan saran sangat kami harapkan dari semua pihak terutama dari Bapak/Ibu Dosen supaya kami dapat lebih baik lagi dalam menyusun sebuah makalah di kemudian hari.
            Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah dengan caranya sendiri menyelesaikan pembuatan makalah ini.



Jember, Maret 2016


Penyusun



Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................ 1
BAB 2 Pembahasan
2.1 Definisi kelompok (groups)........................................................................... 2
2.2 Interaksi edukatif anak didik........................................................................ 3
BAB 3 Penutup
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 7
Daftar Pustaka



BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
  Pendekatan interaksi memberikan perhatian yang khusus terhadap pengamatan pada metode pengajaran dalam kelompok di sekolah. Secara sosiologis, istilah kelompok (groups) mempunyai pengertian sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama lain. Hubungan seperti ini dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Interaksi social anak didik di sekolah, baik berupa interaksi antarindividu (anak didik), individu dengan kelompok (anak didik), dan kelompok dengan kelompok di sekolah, diharapkan akan mengarah pada interaksi edukatif.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa definisi kelompok (group) ?
2.      Bagaimanakah interaksi edukatif anak didik ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1.      Mengetahui definisi kelompok (group).
2.      Mengetahui interaksi edukatif anak didik.



BAB 2 PEMBAHASAN

1.      Definisi kelompok (groups)
Beberapa definisi kelompok, antara lain diungkapkan oleh Joseph S. Roucek bahwa suatu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan. Mayor Polak mengatakan bahwa kelompok social adalah suatu group, yaitu sejumlah orang yang ada hubungan antara satu dengan yang lain dan hubungan itu bersifat sebagai sebuah struktur. Wila Huki (1986) menuturkan bahwa kelompok merupakan suatu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang saling beriteraksi atau saling berkomunikasi.
Jadi, dapat diungkapkan bahwa kelompok (group) menurut perspektif sosiologi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan terjadi hubungan timbal balik dimana mereka merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. Kamanto Sunarto (2004) menyebutkan berbagai klarifikasi kelompok sosial dari berbagai pakar. Biersted membedakan empat jenis kelompok social berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan social di antara anggota kelompok, dan kesadaran jenis yaitu kelompok social statistic, kelompok social kemasyarakatan, kelompok social, dan kelompok asosiasi. Penjabaran dari kelompok-kelompok tersebut yaitu (a) kelompok statistic, adalah kelompok yang tidak ada organisasi, tidak ada hubungan sosial antara anggota, dan tidak ada kesadaran jenis. Oleh Bierstedt dikemukakan bahwa kelompok statistik ini hanya ada dalam arti analitis dan merupakan hasil ciptaan para ilmuwan sosial. Contoh yang dapat kita sajikan mengenai kelompok statistik ini antara lain, pengelompokan sejumlah penduduk berdasarkan usia dengan interval lima tahun yang antara lain dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (0-4 tahun, 5-9 tahun dan seterusnya sampai 75 tahun ke atas). Pada anak-anak yang dikelompokkan dalam kategori terendah tersebut (yang kadangkala dinamakan kelompok Balita-¬kelompok usia di bawah lima tahun) maupun dalam kelompok umur berikutnya tidak dijumpai organisasi, kesadaran mengenai keanggotaan dalam kelompok, atau pun hubungan social. (b) kelompok kemasyarakatan merupakan kelompok yang hanya memenuhi satu persyaratan, yaitu kesadaran akan persamaan di antara mereka. Di dalam kelompok jenis ini belum ada kontak dan komunikasi di antara anggota, dan juga belum ada organisasi. (c) kelompok sosial merupakan kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lain tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contohnya ialah kelompok teman, kerabat dan sebagainya. (d) kelompok asosiasi ialah kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis; dan menurut Bierstedt (dengan mengutip 'pandangan Maclver) pada kelompok ini dijumpai persamaan.kepentingan pribadi (like interest) maupun kepentingan bersama (common interest).
Di samping itu di antara para anggota kelompok asosiasi kita jumpai adanya hubungan sosial adanya kontak dan komunikasi. Dan juga di antara para anggota dijumpai adanya ikatan organisasi formal. Dari riwayat hidup kita dapat ditelusuri diberbagai kelompok asosiasi kita menjadi anggota didalamnya, seperti misalnya Negara RI, sekolah, OSIS, Gerakan Pramuka, fakultas, senat mahasiswa, partai politik, Korps Pegawai Negeri RI, Ikatan Motor Indonesia, dan sebagainya.

2.      Interaksi edukatif anak didik
Dalam perspektif pedagogik, anak didik memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Kebutuhan anak didik atas pendidikan disebut homo educandum. Potensi anak didik yang bersifat laten tersebut perlu diaktualisasikan agar anak didik tidak disebut lagi sebagai animal adecable, sejenis binatang yang memungkinkan dididik, tetapi harus dianggap sebagai manusia secara mutlak, karena anak didik memang manusia. Sebagai manusia anak didik memiliki potensi akal yang harus dikembangkan agar menjadi kekuatan sebagai manusia yang berasusila dan berkecakapan sebagai modal kehidupan nyata.
Interaksi edukatif dapat diartikan sebagai suatu aktifitas relasi berbagai elemen edukatif, baik pendidik staf administrasi, maupun anak didik. Setidaknya ada  tiga aspek tentang krakteristik anak didik. Pertama, perbedaan biologis, dimana anak didik memiliki jasmani yang tidak sama kendatipun dari satu keturunan yang sama. Kedua, perbedaan intelektual, yang salah satu aspek selalu actual untuk dibicarakan karena ikut menentukan keberhasilan pembelajaran. Ketiga, perbedaan psikologis, dimana setiap anak didik berbeda secara lahir dan batin.
Dalam upaya mendorong proses pembelajaran edukatif dengan optimal, ada sejumlah prinsip interaksi edukatif yang perlu diketahui pendidik, yaitu:
1)                  Prinsip motivasi, dimana seorang pendidik perlu memahami tingkat motivasi anak didik berbeda satu sama lainnya. Pendidik diharapkan dapat memotivasi mereka agar dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif dan kreatif agar diperoleh hasil yang optimal.
2)                  Prinsip berawal dari persepsi yang dimiliki. Pendidik diharapkan menyadari atas anak didik yang memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda.
3)                  Prinsip mengarah pada fokus tertentu, bahwa pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk dan pola tertentu dengan terfokus diharapkan akan mampu menghubungkan bagian-bagian terpisah dalam kegiatan pembelajaran.
4)                  Prinsip keterpaduan dimana selaha satu konribusi pendidik dalam pembelajaran adalah menghubungkan suatu pokok bahasan dengan pokok-pokok bahasan lain mata pelajaran berbeda.
5)                  Prinsip pemecahan masalah. Masalah perlu dipecahkan tetapi bukan dicari.

Dalam interaksi edukatif, masalah diciptakan untuk mendorong anak didik agar pandai dala memecahkan masalah, terutama suatu masalah bertalian dengan kebutuhan anak didik itu sendiri.
1)                  Prinsip mencari, menemukan, dan mengembangkan. Anak didik memiliki potensi untuk mencari dan mengembangkan dirinya
2)                  Prinsip belajar sambil bekerja. Prinsip ini bertujuan agar pelajaran yang diperoleh mudah diresapi dan bertahan lama bagi anak didik.
3)                  Prinsip hubungan social, dimana anak didik dilatih untuk terbiasa bekerja sama dengan anak lainnya di dalam kelas.
4)                  Prinsip perbedaan individual, dimana anak didik memiliki perbedaan satu sama lain, baik dari biologis, intelektual, dan psikologis.

Prinsip-prinsip interaksi edukatif dalam pembelajaran diatas akan membantu pendidik dalam melaksanakan tugasnya. Sudah barang tentu, prinsip-prinsip ini hanya dapat dilaksanakan oleh pendidik yang senantiasa aktif,kreatif, dan memiliki motivasi serta mencintai profesinya sebagai pendidik. Seorang pendidik professional dipastikan dapat memahami dan mengaplikasikan prinsip-prinsip interaksi-edukatif dengan optimal.
Pada sebuah sekolah, tentunya sering atau pernah terjadi kesalahpahaman antara orang-orang di dalamnya. Hal itu biasa terjadi antara murid kelas yang satu dengan kelas lainnya. Siswa dari daerah satu dengan yang lainnya, banyak motif yang dapat memicu hal ini, terlebih lagi jika ada golongan minoritas. Ada beberapa uaya yang dapat dilakukan pendidik atau sekolah untuk mengatasi masalah yang muncul dalam interaksi anarkelompok, diantaranya sebagai berikut:
1)                  Pemberian informasi dengan diskusi kelompok, hubungan pribadi, dan sebagainya. Guru dapat memberikan informasi tentang hakikat dan perbedaan raisal dan kultural dengan menekankan bahwa perbedaan dikalangan manusia bukanlah disebabkan oleh pembawa bilogi, melainkan karena dipelajari oleh lingkungan kebudayaan masing-masing.
2)                  Guru dapat menceritakan bagaimana setiap kelompok itu sangat berpengaruh terhadap kelompok lain. Orang Arab, Yahudi, dan India memberikan sumbangan berarti bagi seluruh masyarakat di dunia. Hal yang sama juga dilakukan oleh kelompok-kelompok kecil yang berusaha meraih kemerdekaan di tanah air, sumbangan mereka merupakan salah satu sebab merdekanya Indonesia.
3)                  Menanamkan nilai-nilai toleransi antar siswa. Nilai toleransi ini sangat penting. Jika mereka mempunyai sikap murid-murid lain kea rah toleransi yag lebih besar, guru dapat memupuk sikap yag sehat di kalangan murd-murid.
4)                  Membuka kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan interaksi social atau pergaulan antara murid-murid dari berbagai golongan. Jika mereka dapat saling berkunjung, diharapkan lahirnya toleransi yang lebih besar.
5)                  Menggunakan tekni bermain peran atau sosiodrama.peristiwa yang terjadi dalam masyarakat dapat dimainkan dalam kelas dalam bentuk sosiodrama dengan menyuruh golongan mayoritas memaikan peranan golongan minoritas. Tujuannya adalah agar lebih memahami persamaan golongan minoritas dan dapat mengidentifikasi diri dengan keadaan mereka.
6)                  Menggunakan kegiatan ekstrakulikuler. Kegiatan ekstrakulikuler bias melibatkan banyak orang dengan berbagai latarbelakang murid yang berbeda. Keseringan komunikasi mereka menumbuhkan kebersamaan yang mendalam.

Made Pidarta (1997) mengatakan bahwa pendidik memiliki dua pengertian yakni, dalam pengertian luas dan sempit. Pendidik dalam pengertian luas adalah semua orang yang berkewajiban membina anak didik. Secara natural, semua anak didik sebelum mereka dewasa menerima pembinaan dari orang dewasa agar mereka dapat berkembang dan tumbuh dengan wajar.sedangkan pengertian pendidik dalam arti sempit yakni orang-orang yang disiapkan secara sadar untuk menjadi pendidik. Kedua jenis pendidik ini diberi pengetahuan tentang pendidikan dalam waktu yang relative lama agar menguasai ilmu kependidikan dan mampu mengaplikasikannya dalam praktik lapangan.
Menjadi pendidik (guru) berarti harus terus mengikuti pekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan social-masyarakat, agar dapat meningkatkan kualitas professional yang dimiliki sebagai pendidik. Prinsp long life education menjadi relevan sekali ketika seseorang memilih profesi sebagai pendidik dan berharap menjadi kompeten dan professional.



BAB 3 PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Kelompok (group) menurut perspektif sosiologi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan terjadi hubungan timbal balik dimana mereka merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut.
Interaksi edukatif dapat diartikan sebagai suatu aktifitas relasi berbagai elemen edukatif, baik pendidik staf administrasi, maupun anak didik. menjadi relevan sekali ketika seseorang memilih profesi sebagai pendidik dan berharap menjadi kompeten dan professional



DAFTAR PUSTAKA


Prof. Dr. Damsar. 2011.Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Safriana dan Abdullah. 2003. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada


0 komentar:

Posting Komentar